Sabtu, 18 Juni 2011

Dian husada nasrurrosida peran lembaga dalam kesehatan jiwa

1. Upaya Kesehatan Jiwa masyarakat
a. Tercapainya kesadaran tentangberlaku hidup sehat jiwa pada tatanan rumah tangga
b. terbentuknya gerakan, wadah, forum di masyarakat yang mendukung upaya pencegahan
dan penanggulangan masalah kesehatan jiwa di masyarakat
c. Terlaksananya penggerakan perwujudan perilaku sehat jiwa di keluarga dan masyarakat
di Kabupaten / Kota
d. Menurunnya prevalensi perilaku merokok dan penyalahgunaan NAPZA
e. meningkatnya lingkungan sehat dan bebas NAPZA di tatanan rumah tangga
f. Tersusunnya peraturan mengenai program / kegiatan kesehatan jiwa masyarakat di tingkat Puast,
provinsi, dan kabupaten / Kota.
g. Tersusunnya upaya kesehatan jiwa masyarakat di Dinas Kesehatan kabupaten / Kota

2. Upaya Kesehatan Jiwa Dasar
a. Telaksananya pelayanan kesehatan jiwa dasar di Puskesmas Kabupaten / Kota
b. Telaksananya pelayanan kesehatan jiwa dasar di RSUD Kabupaten / Kota
c. Telaksananya pelayanan kesehatan jiwa dasar pada Institusi pelayanan kesehatan swasta.
d. Telaksananya pelayanan kesehatan jiwa dasar pada perusahaan / industri besar di provinsi
e. Telaksananya pelatihan pada dokter, perawat dan bidan Puskesmas dan RSUD daerah bencana/konflik
untuk menangani masalah sterss pasca trauma dan gangguan jiwa korban konflik dan bencana
f. Tersedianya obat psikotropika di sarana kesehatan yang telah melaksanakan upaya jiwa sesuai kebutuhan

3. Upaya Kesehatan Jiwa Rujukan
a. Tercapainya keadaan dimana setiap Provinsi mempunyai RS Jiwa dan/atau unit Psikiatri RSU untuk melaksanakan
sistem rujukan pelayanan kesehatan jiwa.
b. Tersedianya obat psikotropika di sarana kesehatan yang telah melaksanakan pelayanan jiwa sesuai dengan kebutuhan
c. Terlaksananya program / kegiatan untuk membentuk "self help group" kesehatan jiwa di setiap RSJ dan/atau Unit Psikiatri
RSU Provinsi.
d. Terjalinnya kerjasama RSU dan/atau unit Psikiatri RSU dengan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Keperawatan
dan organisasi profesi terkait untuk melaksanakan pendidikan di bidang kesehatan jiwa.
e. Terlaksananya program / kegiatan Training of Trainers (TOT) di bidang kesehatan jiwa di Kabupaten / Kota

Dianhusada nasrurrosida trend & issue dalam kesehatan jiwa masyarakat

Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai
pada usia 19 tahun dan kita jarang melihat
fenomena masalah sebelum anak lahir
Perkembangan terkini, bicara tentang kesehatan
jiwa harus dimulai dari masa konsepsi, malahan
harus dimulai dari masa pra nikah.
Banyak penelitian yang menunjukkan adanya
keterkaitan masa dalam kandungan dengan
kesehatan mental dan fisik seseorang dimasa
yang akan datang.
Diantara hasil penelitian

Marc Lehrer ( 300 bayi yg diteliti): stimulasi dini ( berupa
suara, musik, getaran, sentuhan ) setelah dewasa
memiliki perkembangan fisik, mental dan emosional yg
lebih baik
Mednick : ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus
dalam kandungan.
Teori perkembangan neurokognitif (Mednick) : pada
penderita skizofrenia terjadi kelainan perkembangan
neurokognitif sejak dalam kandungan. Kelainan berupa
berkurangnya kemampuan dalam mempertahankan
perhatian, membedakan rangsang suara yang berurutan,
working memory dan fungsi2 eksekusi
Kelainan neurokognitif menjadi dasar dari gejala
skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan proses
waham, perilaku yang aneh dan gangguan emosi
2. Trend Peningkatan Masalah Kesehatan Jiwa
Masalah kesehatan jiwa akan meningkat di era
globalisasi, sudah terbukti dua tahun terakhir,
hal ini dikarenakan beban hidup yang semakin
berat

Klien gangguan jiwa tdk lagi didominasi
kalangan bawah tetapi kalangan mahasiswa,
PNS, pegawai swasta dan kalangan profesioal
Penyebab dikalangan menengah ke atas
sebagian besar akaibat tidak mampu mengelola
stress dan ada juga akibat post power syndrome
atau mutasi jabatan

Jumat, 17 Juni 2011

Dianhusada Nasrurrosida Menerapkan proses keperawatan pada ggn jiwa usia lanjut

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.

Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia. Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia.

Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :
Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia
Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif

Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain.

Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis.

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:
1. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti :
1. Gangguan jantung
2. Gangguan metabolisme, misal diabetes millitus
3. Vaginitis
4. Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi
5. Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang
6. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer, serta
7. Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
· Rasa prejudice atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
· Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya
· Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya
· Pasangan hidup telah meninggal
Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
3. Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
· Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
· Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya
· Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
· Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan saint pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, position dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar. Disinilah pentingnya adanya Panti Werdha sebagai tempat untuk pemeliharaan dan perawatan bagi lansia di samping sebagai long stay rehabilitation yang tetap memelihara kehidupan bermasyarakat. Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan kehidupan dalam lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik dari pada hidup sendirian dalam masyarakat sebagai seorang lansia.

Dianhusada nasrurrosida masalah-masalah yang sering terjadi pada usia lanjut

1. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus tergantung pada orang
lain.
2. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk
melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.
3. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan
kondisi fisik
4. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau isteri yang telah
meninggal atau pergi jauh atau cacat
5. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin
bertambah
6. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa
7. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan
untuk orang dewasa
8. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang berusia
lanjut dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan yang lebih cocok
9. Menjadi korban atau dimanfaatkan oleh para penjual obat dan kriminalitas
karena mereka tidak sanggup lagi untuk mempertahankan diri
Penyakit Lanjut Usia Di Indonesia.
1. Penyakit sistem paru dan kardiovaskuler.
a. Paru-paru

Fungsi paru-paru mengalami kemunduran disebabkan berkurangnya elastisitas jaringan paru-paru dan dinding dada, berkurangnya kekuatan kontraksi otot pernafasan sehingga menyebabkan sulit bernafas. Infeksi sering diderita pada lanjut usia diantaranyapne umonia, kematian cukup tinggi sampai 40 % yang terjadi karena daya tahan tubuh yang menurun. Tuberkulosis pada lansia diperkirakan masih cukup tinggi.
b. Jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).

Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit menurun. Yang paling banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin berkurangnya aktivitas dan juga mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel otot jantung hingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung. Pada lansia, tekanan darah meningkat secara bertahap. Elastisitas jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50 % dibanding orang berusia 20 tahun. Tekanan darah pada wanita tua mencapai 170/90 mmHg dan pada pria tua mencapai 160/100 mmHg masih dianggap normal. Pada lansia banyak dijumpai penyakit jantung koroner yang

disebut jantung iskemi. Perubahan-perubahan yang dapat dijumpai pada penderita jantung iskemi adalah pada pembuluh darah jantung akibat arteriosklerosis serta faktor pencetusnya bisa karena banyak merokok, kadar kolesterol tinggi, penderita diabetes mellitus dan berat badan berlebihan serta kurang berolah raga.
Masalah lain pada lansia adalah hipertensi yang sering ditemukan dan menjadi faktor
utama penyebab stroke dan penyakit jantung koroner.
2. Penyakit pencernaan makanan.

Penyakit yang sering terjadi pada saluran pencernaan lansia antara lain gastritis dan ulkus peptikum, dengan gejala yang biasanya tidak spesifik, penurunan berat badan, mual-mual, perut terasa tidak enak.

Namun keluhan seperti kembung, perut terasa tidak enak seringkali akibat ketidakmampuan mencerna makanan karena menurunnya fungsi kelenjar pencernaan. Sembelit/konstipasi kurang nafsu makan juga sering dijumpai.
3. Penyakit sistem urogenital.

Pada pria berusia lebih dari 50 tahun bisa terjadi pembesaran kelenjar prostat (hipertrofi prostat), yang mengakibatkan gangguan buang air kecil, sedang pria lanjut usia banyak dijumpai kanker pada kelenjar prostat.

Pada wanita bisa dijumpai peradangan kandung kemih sampai peradangan ginjal akibat gangguan buang air kecil. Keadaan ini disebabkan berkurangnya tonus kandung kemih dan adanya tumor yang menyumbat saluran kemih.
4. Penyakit gangguan endokrin (metabolik).
Dalam sistem endokrin , ada hormon yang diproduksi dalam jumlah besar di saat
stress dan berperan penting dalam reaksi mengatasi stress.

Oleh karena itu, dengan mundurnya produksi hormon inilah lanjut usia kurang mampu menghadapi stress. Menurunnya hormon tiroid juga menyebabkan lansia tampak lesu dan kurang bergairah. Kemunduran fungsi kelenjar endokrin lainnya seperti adanya menopause pada wanita, sedang pada pria terjadi penurunan sekresi kelenjar testis. Penyakit metabolik yang banyak dijumpai ialah diabetas melitus dan osteoporosis.
5. Penyakit pada persendian tulang.

Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan sendi-sendi tulang yang banyak dijumpai pada lansia. Lansia sering mengeluhkan linu-linu, pegal, dan kadang-kadang terasa nyeri. Biasanya yang terkena adalah persendian pada jari-jari, tulang punggung, sendi-sendi lutut dan panggul. Gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh (gout) menyebabkan nyeri yang sifatnya akut. Terjadinya osteoporosis menjadi menyebab tulang-tulang lanjut usia mudah patah. Biasanya patah tulang terjadi karena lanjut usia tersebut jatuh, akibat kekuatan otot berkurang, koordinasi anggota badan menurun, mendadak pusing, penglihatan yang kurang baik, dan bisa karena cahaya kurang terang dan lantai yang licin.
6. Penyakit yang disebabkan proses keganasan.

Penyebab pasti belum diketahui, hanya nampak makin tua seseorang makin mudah dihinggapi penyakit kanker. Pada wanita, kanker banyak dijumpai pada rahim, payudara dan saluran pencernaan, yang biasanya dimulai pada usia 50 tahun. Kanker pada pria paling banyak dijumpai pada paru-paru, saluran pencernaan dan kelenjar prostat.
7. Penyakit-penyakit lain.
Penyakit saraf yang terpenting adalah akibat kerusakan pembuluh darah otak yang
dapat mengakibatkan perdarahan otak atau menimbulkan kepikunan (senilis)

Dianhusada nasrurrosida asuhan keperawatan pada klien dengan beberapa perubahan akibat proses menua

a. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah
terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c. Eosephagus melebar.

d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Daya absorbsi melemah.
9. Sistem Reproduksi.
a. Menciutnya ovari dan uterus.
b. Atrofi payudara.
c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi
kesehatan baik.
e. Selaput lendir vagina menurun.
10. Sistem Perkemihan.
a. Ginjal
b.Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin,
darah yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron). Nefron menjadi
atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.
c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat
dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
11. Sistem Endokrin.
a. Produksi semua hormon menurun.
b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan
menurunnya daya pertukaran zat.
c. Menurunnya produksi aldosteron.
d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan
testosteron.
12. Sistem Kulit ( Sistem Integumen )
a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi,
serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.
f. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
13. Sistem Muskuloskletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
b. Kifosis

c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.

f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.
g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.
B. Perubahan-perubahan Mental.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental.
a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (Hereditas)
e. Lingkungan
Kenangan (Memory).
a. Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
mencakup beberapa perubahan.
b. Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.
IQ (Inteligentia Quantion).
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.

b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
C. Perubahan-perubahan Psikososial.

a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
i. Kehilangan finansial (income berkurang).
ii. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang
cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).
iii. Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
iv. Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak
lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya

biaya pengobatan.
f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-
teman dan family.
j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
D. Perkembangan Spritual.
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,1970)
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).

c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978), Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.

Dianhusada nasrurrosida asuhan keperawatan pada klien dengan proses menua

MASALAH KEPERAWATAN
•Penurunan curah jantung
•Penurunan perfusi jaringan
•Kelebihan volume cairan
•Gangguan pertukaran gas
•Resiko intoleransi aktivitas
•Resiko tinggi kurang pengetahuan
•Resiko tinggi cidera
•Resiko tinggi infeksi

Ansietas
INTERVENSI KEPERAWATAN
•Perubahan gaya hidup menuju sehat
•Pola makan yang sehat
•Pendidikan kesehatan
•Bantu relaksasi
•Psikoedukasional
•Kaji tingkat kepuasan klien/pasien
•Lakukan kolaborasi
-Obat antihipertensi
-Berikan antioksidan kuat